KONSEP PENDIDIKAN LUAR BIASAPETA KONSEP
Konsep merupakan
gambaran mental yang lengkap tentang sesuatu. Dalam kontek ini diharapkan
menjawab pertanyaan dibawah ini:
Bagaimana gambaran penjabaran PLB dapat
mencapai tujuan akhirnya terhadap anak berkebutuhan khusus?
Bagaimana konsep PLB dan penjabarannya
yang dapat memberikan layanan dengan tepat sesuai dengan kebutuhan pembelajaran
ABK?
Bagaimana konsep PLB dapat mengembangkan
potensi ABK dengan optimal dan menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang
diharapkan?
Untuk itu semua, diperlukan skema yang
tepat dalam operasionalnya apat dilihat pada gambar skema di bawah ini.
ANAK TUNANETRA DAN KEBUTUHAN
PEMBELAJARANNYA
Anak Tunanetra
Tunanetra (Visually Impaired) adalah mereka yang penglihatannya menghambat untuk memfungsikan dirinya
dalam pendidikan, tanpa menggunakan material khusus, latihan khusus atau
bantuan lainnya secara khusus.
Mereka termasuk anak
yang :
·
Melihat dengan acuity 20/70 (anak tunanetra melihat
dari jarak 20 feet sedangkan orang normal dari jarak 70 feet).
·
Mampu membaca huruf E paling besar di Snellen Chart
dari jarak 20 feet (acuity 20/200 -legallyy blind)
Kelompok lebih terbatas
lagi adalah mereka yang:
§
Mengenal bentuk atau objek dari berbagai jarak.
§
Menghitung jari dari berbagai jarak.
§
Tidak mengenal tangan yang digerakkan.
§
Kelompok yang lebih berat lagi adalah mereka yang:
§
Mempunyai persepsi cahaya (light perception)
§
Tidak memiliki persepsi cahaya (no light perception)
Pengelompokan secaca
pendidikan
Secara pendidikan
tunanetra dikelompokkan menjadi:
1. Mereka mampu membaca cetakan
standart.
2. Mampu membaca cetakan standart
dengan menggunakan kaca pembesar.
3. Mampu membaca cetakan besar (ukuran
Huruf No. 18).
4. Mampu membaca cetakan kombinasi
cetakan regular dan cetakan besar.
5. Membaca cetakan besar dengan
menggunakan kaca pembesar.
6. Menggunakan Braille tetapi masih
bisa melihat cahaya (sangat berguna untuk mobilitas).
7. Menggunakan Braille tetapi tidak
punya persepsi cahaya.
Kebutuhan Pembelajaran
anak tunanetra
Keterbatasan anak
tunanetra:
1. Keterbatasan dalam konsep dan
pengalaman baru.
2. Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan.
3. Keterbatasan dalam mobilitas.
2. Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan.
3. Keterbatasan dalam mobilitas.
Karena itu pengajaran bagi tunanetra harus
mengacu kepada:
1. Kebutuhan akan pengalaman kongkrit.
2. Kebutuhan akan pengalaman memadukan
3. Kebutuhan akan berbuat dan bekerja dalam belajar.
2. Kebutuhan akan pengalaman memadukan
3. Kebutuhan akan berbuat dan bekerja dalam belajar.
Media belajar Anak Tunanetra dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
1. Kelompok buta dengan media
pendidikannya adalah tulisan braille.
2. Kelompok low Vision dengan medianya adalah tulisan awas.
2. Kelompok low Vision dengan medianya adalah tulisan awas.
PENJAS ADAPTIF UNTUK TUNA NETRA
Kesegaran Jasmani dan Gerak
Peserta didik
berpenglihatan terbatas seharusnya membutuhkan kesegaran yang lebih baik
daripada yang berpenglihatan normal, karena bagi yang berpenglihatan terbatas
melakukan satu gerak memerlukan usaha yang lebih banyak daripada diperlukan
(buell, 1973). Gerak tanpa melihat kurang efisien dalam penggunaan energi
daripada gerak dengan melihat. Aktivitas yang tidak sukar yang menekankan pada
pengembangan kekuatan dan daya tahan kardiovaskuler bagi berpenglihatan
terbatas merupakan sesuatu yang perlu ditekankan.
Kekuatan dapat dikembangkan dengan aman
bagi peserta didik melalui aktivitas mendorong, menarik, dan mengangkat
seperti:
Angkat beban menggunakan
alat universal (mulai dengan tanpa beban terlebih dahulu, kemudian diberi
beban)
1. latihan isometrik
2. memanjat tali jala yang digantungkan
3. lari ditempat
4. sepeda yang berada di tempat
5. lari menempuh jarak tertentu (memakai treadmill)
KETERAMPILAN
DAN POLA GERAK DASAR
Peserta didik yang
terbatas penglihatannya kurang memiliki pengetahuan atau gambar tentang
tubuhnya dan orientasi ruang. kesadaran tentang tubuh dan hubungannya dengan
ruang merupakan dua hal yang paling dibutuhkannya. Kelas penjas perlu mencakup
berbagai macam aktivitas jasmani yang tidak rumit yang dapat mengembangkan
kedua kebutuhan tersebut disamping keseimbangan. Aktivitas itu dapat berupa:
1. menyebutkan bagian-bagian tubuh
1. menggerakkan bagian-bagian tubuh
secara terpisah
2. mengkoordinasikan gerak dari dua
bagian tubuh
3. merasakan ukuran dari berbagai tubuh
4. mengidentifikasi bagian-bagian tubuh
dari teman lain
5. memelihara keseimbangan di atas
balok keseimbangan yang rendah
Aktivitas Individual dan
Kelompok
Peserta didik
berpenglihatan terbatas dengan aman dapat berpartisipasi hampir dalam semua
aktivitas individual dan kelompok. tidak ada bukti bahwa peserta didik yang
ikut dalam kelas pendidikan jasmani mengalami kecelakaan lebih banyak daripada
peserta didik normal. French dan Jansma memberikan beberapa pedoman untuk
mengadaptasikan permainan agar peserta didik berpenglihatan terbatas dapat
ambil bagian secara aman dan sukses (1981; 211)
tempatkan alat yang berbunyi dalam bola,
pada gawang, dalam keranjang dan pada tempat hinggap (base)
gunakan formasi rantai (rabaan)
aktivitas dimulai dari tempat yag tetap
manfaatkan keadaan permukaan tempat bermain (rumput
yang tingginya berlainan, pasir, tanah) untuk menyatakan batas lapangan
permainan dan daerah luar batas permainan.
1. ubah susunan
tekstur dari alat
2. gunakan dinding
yang telah dilapisi/ ditutup dengan bahan yang lunak
3. gunakan
sempritan, memanggil atau meneriakkan nama
4. ukuran lapangan
permainan diperkecil
5. batasi jumlah
peserta dari kedua tim
6. bermain dengan
gerak lambat bila memperkenalkan permainan baru.
7. gunakan bau sebagai tanda dalam situasi tertentu
8. beritahu pemain yang lain bial seseorang pemain lain meninggalkan
lapangan atau daerah permainan.